Perawat
2.1.a Perawat sebagai profesi
Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan makna dari profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi keperawatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang etikal dan sesuai standar profesi serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya baik melalui pendidikan formal maupun informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya (Nurachmah, E 2004)
Perry & Potter (2001), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam tugasnya harus berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change agent dan peneliti. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika profesi, akontabilitas, otonomi dan kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993 dalam Nurachmah, E, 2004)
Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik yang memadai. Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu competence,confidence, compassion, conscience and commitment (ANA, 1995 dalam Nurachmah, 2004). Pelayanan keperawatan yang optimal dapat dicapai jika perawat sudah profesional.
2.1.b Peran perawat
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Zaidin Ali, 2002, peran perawat mencakup :
Pelaksana pelayanan keperawatan.
Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
Pendidikan keperawatan.
Penelitian dan pengembangan keperawatan.
Berdasarkan standar Departemen Kesehatan (1998) peran perawat sebagai berikut:
Pendidik Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, dan tenaga kesehatan lainnya, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan karena pendidikan dapat merubah tingkah laku yang merupakan salah satu sasaran dari keperawatan. Dalam hal ini pada pasien haemodialisis yang sangat komplek sekali permasalahannya dari segi bio psikososial spiritual semua perlu diperhatikan.
Pendidikan atau penyuluhan secara efektif tidak hanya diberikan pada pasien sebagai individu yang sakit tetapi juga keluarga sebagai vasilitator dan motivator bagi pasien juga harus dilibatkan.
Pengelola Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal ini administrasi keperawatan baik dirumah sakit maupun di masyaraka, dalam mengelola keperawatan untuk individu, kelompok dan masyarakat.
Peneliti Keperawatan
Perawat diharapkan jadi pembaharu dalam ilmu keperawatan karena memiliki ketrampilan, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dan lingkungan. Kegiatan penelitian pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan penelitian perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat dituntut untuk mengikuti perkembangan, meanfaatkan media masa dan informasi lain dari berbagai sumber, selain itu perawat perlu melakukan penelitian, mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap anggota tim kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang dapat mengatur, merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan.
II.2. Penyakit Endemik
2.2.a Definisi Deman Berdarah (DBD)
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypty.(wikipedia.com).
Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Gambaran Klinis DBD yaitu, demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala-gejala berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditengarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yang dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
2.2.b Tanda dan gejala DBD
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan. Pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam.
2.2.c Diagnosis DBD
Mendiagnosis penyakit demam berdarah (DB) jangan cuma dari rendahnya trombosit di dalam darah. Sebab, menurunnya trombosit tidak selalu disebabkan DBD, tetapi bisa juga penyakit lain, seperti demam tifoid atau chikungunya. Demikian dikatakan dr Leonard Nainggolan SpPD dalam simposium bertema Antisipasi dan penanganan DB, di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta.
Sebab itu, perlu ada penatalaksanaan dalam menegakkan diagnosis apakah pasien itu terkena DBD atau tidak. Misalnya, perlu pemeriksaan yang lengkap untuk mengetahui apakah pasien tersebut terkena DBD.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah tes hematorkit untuk mengetahui kekentalan darah, tes trombosit, tes hemoglobin, leukosit dan serologi dengue. Sebab pada saat terinfeksi virus dengue tidak harus ditandai dengan turunnya trombosit, tetapi bisa dilihat dari turunnya leukosit.
Pada pasien dewasa perlu melakukan pemeriksaan lebih komplit lagi, seperti pemeriksaan hati, tes diabetes maupun ginjal. Sebab, virus dengue bisa menyerang sel-sel hati sehingga perlu juga mengecek fungsi hatinya. Ginjal pun harus diperiksa, mengingat orang yang diberi cairan dalam pengobatan jangan sampai mengganggu fungsi ginjal. Kalau ginjalnya bermasalah, kemudian dokter memberikan cairan sebanyak-banyaknya bisa menyebabkan mampet karena tidak bisa dikeluarkan dari ginjal. Bisa jadi nantinya akan terkena gagal ginjal.
2.2.d Pencegahan dan pengobatan penyakit DBD
ü Pencegahan
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997). Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik.
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
ü Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.
Pengobatan alamiah untuk DBD:
ü Jambu biji
Walaupun khasiatnya belum teruji secara medis, tak ada salahnya untuk memberikan jus jambu biji kepada pasien demam berdarah. Sebab, buah eksotis ini mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Bahkan kandungan vitamin C di dalamnya bisa tiga sampai enam kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan pepaya dan 10 sampai 30 kali dibandingkan dengan pisang. Vitamin C ini terdapat dalam daging buahnya yang segar. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi pun mengandung vitamin C seperti daging buahnya.
Disebutkan dalam buku Foods that Heal, Foods that Harm bahwa 90 gram buah jambu biji lebih dari cukup memenuhi kebutuhan harian vitamin C pada orang dewasa. Buku itu juga menyebutkan meskipun sudah kehilangan hampir 25 persen vitaminnya karena proses pengolahan, jus jambu biji kemasan kotak masih merupakan sumber vitamin C yang baik. Berkat kandungan vitamin C dosis tinggi ini, kekebalan tubuh dalam melawan bakteri akan meningkat. Proses penyembuhan luka pun jadi lebih cepat. Di samping itu, tekanan darah juga menjadi lebih baik berkat buah ini. Ini karena jambu biji merupakan sumber potassium yang baik.
ü Alang-alang
Tanaman liar yang sudah ribuan tahun dikenal masyarakat Cina ini bermanfaat untuk kesehatan. Bahkan saat ini tumbuhan bernama latin Imperata cylindrica (L) Beauv sudah sering diteliti secara ilmiah.
Hasil penelitian tentang tanaman ini menyebutkan bahwa ada kandungan manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam alkali. Dengan kandungan-kandungan itu, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan pendarahan), dan menghilangkan haus.
Pengobatan Cina tradisional menyebutkan, alang-alang memiliki sifat manis dan sejuk. Efek pengobatan tanaman ini memasuki meridian paru-paru, lambung, dan usus kecil. Dengan sifat diuretik yang melancarkan air kencing, alang-alang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit radang ginjal akut. Sifat diuretik yang mengeluarkan cairan tubuh tak berguna ini juga berguna untuk mengontrol tekanan darah yang cenderung tinggi. Sifat hemostatik yang bisa menghentikan pendarahan pada alang-alang dapat juga dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan dan pendarahan di dalam.
Herbal ini di dalam tubuh akan menyusup ke dalam organ paru-paru, lambung, dan usus kecil. Ramuan alang-alang sebaiknya tidak diberikan kepada mereka yang fungsi lambungnya lemah dan sering buang air kecil. Bagian tanaman alang-alang yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah rimpang, baik yang segar maupun yang telah dikeringkan. Bahan alang-alang ini bisa diperoleh di toko obat Cina.
ü Angkung
"Obat kaisar" adalah julukan untuk angkung atau Angong Niuhuang Wan. Karena keampuhannya mengatasi penyakit pada zaman lampau, angkung hanya dikonsumsi oleh kaisar dan para petinggi di dataran Cina. Angkung diyakini oleh masyarakat Cina bisa membantu menyembuhkan penyakit radang selaput otak, stroke, radang otak, penyakit hati, sampai kejang dan kekurangan cairan tubuh seperti halnya dalam kasus demam berdarah.
Namun, sangat disayangkan harga angkung ternyata amat mahal. Di samping harganya yang mahal, manfaat angkung tidak langsung terasa setelah minum satu atau dua butir. Angkung baru terasa khasiatnya untuk mengatasi penyakit berat setelah diminum secara teratur 6 sampai 8 butir pil setiap hari
ü Daun Dewa
Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai pengganti angkung bila harga pil tersebut dianggap terlalu mahal. Tanaman daun dewa berbentuk semak. Daun adalah bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat. Nama latinnya adalah Gymura segetum (Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC dan termasuk ke dalam famili tumbuhan Compositae atau Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah bluntas cina, daun dewa, atau samsit. Herbal yang satu ini dikenal kaya dengan berbagai kandungan kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid, dan tanin. Dengan kandungan kimia tersebut tumbuhan ini bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah), stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun.
2.2.e Epidemologi molekuler
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia tenggrara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis, karena peningkatan jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dan manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi keberadaannya di 102 negara di dari lima wilayah WHO yaitu : 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis dengan ke-empat serotipe virus secara bersama-sama diwilayah Amerika, Asia Pasifik dan Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A yaitu : KLB/wabah siklis) terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai daerah pedesaan, sirkulasi serotipe virus beragam (WHO, 2000).
II.3 Pengaruh DBD terhadap kependudukan
“Serangan demam berdarah dengue (DBD) terus mengganas. Di Jakarta, dalam dua hari jumlah penderita bertambah hingga 600-an orang..
Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat 174 kelurahan di 10 kecamatan di Jakarta dinyatakan sebagai daerah waspada kejadian luar biasa (KLB). Tidak tertutup kemungkinan, jumlah daerah KLB ini bertambah.. Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon Jeruk dan Palmerah. Di Jakarta Selatan menimpa Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran Lama. Di Jakarta Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati.
Kota Bekasi, Jawa Barat, tiga orang meninggal akibat penyakit tersebut selama Januari-Februari. Angka tersebut sama dengan jumlah korban meninggal sepanjang 2003. Sedikitnya 73 pasien dirawat pada periode Januari hingga 17 Februari 2004. Padahal, sepanjang 2003, hanya terjadi 15 kasus DBD.
Serangan DBD juga menghantui warga Jawa Tengah. Sebanyak 29 kabupaten/kota di provinsi tersebut terjangkiti penyakit ini. Kota/kabupaten tersebut, antara lain, Rembang, Kudus, Pati, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Brebes.”
Dari wacana diatas, dapat kita ketahui bahwa DBD merupakan penyakit yang menyerang pada masyarakat luas, dan penderita penyakit ini rawan mengalami kematian.
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa faktor utama dari kependudukan adalah vertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan), jadi akibat dari serangan DBD yang dapat mengakibatkan kematian tentu akan mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu tempat. Penderita kronis dari penyakit ini diharuskan dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan secara optimal oleh perawat, sehingga pasien mendapatkan kesehatannya kembali. Penderita kronis ini secara tidak langsung telah mengubah kapadatan penduduk pada suatu wilayah tertentu (tempat tinggalnya) karena penderita ini berpindah tempat tinggal ke rumah sakit untuk sementara.
BAB III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dalam demografi ada tiga fenomena yang merupakan bagian penting daripada penduduk yaitu:
kelahiran (vertilitas)
kematian (mortalitas)
perpindahan (migrasi)
Peran utama perawat terhadap penderi penyakit endemik DBD ini adalah memberikan perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatannya. Perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari pasien sehingga nyawa pasien dapat diselamatkan. Semakin banyak nyawa pasien yang diselamatkan, maka semakin sedikit tigkat mortalitas pada kawasan endemik tersebut, namun sebaliknya jika banyak penderita DBD mendapatkan perawatan yang kurang optimal, maka tingkat kematian penderita DBD akan semakin meningkat.
Gambaran Klinis DBD yaitu demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala-gejala berikut :
1. Nyeri kepala,
2. Nyeri otot,
3. Nyeri persendian,
4. Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.
Beberapa alternatif pengobatan alamiah bagi penderi DBD, yaitu dengan mengonsumsi:
ü Jambu biji
ü Alang-alang
ü Angkung
ü Daun Dewa
Walaupun obat alamiah diatas belum diuji secara ilmiah, namun beberapa kelompok masyarkat percaya akan khasiat dari obat tersebut.
III.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada para pembaca adalah, untuk pencegahan DBD ada baiknya kita meningkatkan kebersihan lengkungan kita, dengan beberapa cara yang sering di publikasikan yaitu 3M:
Menutup tempat yang dapat menjadi genangan air,
Menguras bak mandi dalam jangka waktu tertentu,
Mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk.
Saat kita atau orang di sekitar kita merasa memiliki gejala-gejala dari DBD, ada baiknya kita segera berobat ke rumah sakit dan melapor kepada pemerintah daerah setempat agar dapat dilakukan penanganan yang cepat terhadap penyakit endemik ini. Sehingga kita telah membantu pencegahan penyebaran penyakit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar