AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
A. Pendahuluan
AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100% dalam lima tahun. Pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat yang diduga kuat terjalin melalui hubungan seksual. Pada tahun 1982-1983 diketahui adanya transmisi di luar jalur hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, pengguna jarum suntik secara bersama oleh para pengguna narkotika suntik.
Adanya pola transmisi yang berkembang selain hanya transmisi seksual, transmisi non-seksual melalui mekanisme transmisi parenteral dan transmisi transplasental (dari ibu kepada janinnya) menjadi ancaman baru yang melahirkan korban yang tidak berdosa.
B. Deskripsi Penyakit
Penyakit ini pertama kali muncul di Afrika , Haiti , dan Amerika Serikat pada tahun 1978. Pada tahun 1982, CDC (Centers for Desease Control) Amerika Serikat untuk pertama kalinya membuat definisi kasus AIDS. Pada tahun 1982-1983 mulai diketahui adanya 1982-1983 diketahui adanya transmisi di luar jalur hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, pengguna jarum suntik secara bersama oleh para penyalah guna narkotika suntik.
Pada tahun1984 diketahui adanya transmisi heteroseksual di Afrika dan pada tahun yang sama diketahui bahwa HIV menyerang sel limfosit T penolong. Amerika Serikat menemukan HTLV III (Human T cell lymphotropic virus type III) sebagai penyebab kelainan ini. Pada tahun 1985 ditemukan antigen untuk melakukan tes ELISA, pada tahun itu juga diketahui bahwa HIV juga menyerang sel otak. Pada tahun 1986 International Comitte on Taxonomy of Viruses memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIVsebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.
September 1987, definisi yang terakhir ternyata juga melibatkan kelainan enselofati, sindroma buangan, HIV dan penyakit-penyakit lainnya menunjukkan adanya AIDS. Pada bulan Desember 1992 CDC telah mempublikasikan definisi AIDS yang lebih luas lagi yang dianggap mulai berlaku Januari 1993. The World Health Organization (WHO) secara terus-menerus memakai definisi CDC (1987) sebagai alat untuk pengawasan di negara berkembang.
C. Metodologi Analisis Epidemologi
Metode yang digunakan untuk memantau infeksi penyakit HIV/AIDS adalah dengan menggunakan sero survelan AIDS. Adapun pelaksanaan surveilans meliputi hal seperti dibawah ini :
a. Memeriksa prevalensi dan distribusi infeksi HIV pada kelompok masyarakat dan wilayah tertentu
b. Memantau perubahan prevalensi (yaitu insidens) dan distribusi infeksi HIV pada kelompok masyarakat tertentu
c. Melakukan perbandingan dengan kelompok masyarakat dan wilayah tertentu
d. Menentukan data dasar dari mana tren penyakit dapat dipantau
e. Memperkirakan jumlah infeksi HIV secara keseluruhan
f. Evaluasi terhadap program pencegahan dan pemberantasan infeksi HIV
g. Memantau penyebaran infeksi HIV di wilayah yang baru terinfeksi HIV
h. Mengetahui kelompok-kelompok masyarakat yang rentan berisiko tinggi untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan program
i. Memantau tinbulnya kembali infeksi HIV pda satu kelompok masyarakat tertentu setelah menghilang beberapa saat.
D. Deskripsi Epidemologi
AIDS adalah suatu penyakit yang dengan cepat telah menyebar ke seluruh dunia (pandemik). AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100% dalam lima tahun, artinya dalam lima tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderitaakan meninggal. Pda populasi normal Adult Mortality Rate adalah 50/10.000, bila sero prevalens infeksi HIV adalah 10% maka dalam lima tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat dua kalinya menjadi 100/100.000.
1. Insidens
Prevalensi AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 0,68% tertinggi pada Provinsi Papua yaitu 22,88% karena populasi Papua relative sedikit ( 33,65 kali angka nasional), DKI Jakarta 4,17% (6,13 kali angka nasional), Bali 2,42% (3,56 kali angka nasional), Riau 1,54%, KalBar 1,15%, Sulut 1,06%, dan Maluku 0,7%. Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 34,94%.
2. Epidemik
Factor utama penularan adalah hubungan seksual (heteroseksual) namun dalam 2 tahun terakhir, penularan melalui penggunaan napza suntik cenderung meningkat. Tren penularan yang terbesar pada kelompok heteroseksual sebanyak 694 kasus, diikuti IDU 360 kasus dan heteroseksual sebanyak 128 kasus.
3. Distribusi Geografi
Hasil survey dibeberapa provinsi di Indonesia pada kelompok WPS cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi berkisar antara 0-26,5% tertinggi pada kelompok WPS di Provinsi Papua.
4. Usia, Jenis Kelamin, Ras
Sampai dengan akhir Desember 2003 dilaporkan dan tercatat 1.371 kasus AIDS dan 2.720 kasus yang terinfeksi HIV dan 355 merupakan kasus baru yang sampai saat ini menunjukkan tren yang meningkat.
E. Mekanisme dan Cara Transmisi
• Penyakit ini pertama kali timbul di Afrika, Haiti, dan Amerika Serikat pada tahun 1978
• Pada tahun 1979 pertama kali dilaporkan adanya kasus-kasusnya sarcoma kaposi dan penyakit-penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa. Penyakit itu menyerang orang-orang Afrika yang bermukim di Eropa
• Pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus sarcoma kaposi dan penyakit infeksi yang jarang terjadi pada kaum homoseksual
• Pada tahun 1982-1983 mulai diketahui adanya transmisi di luar jalur hubungan seksual
• Pada tahun 1984 diketahui transmisi heteroseksual di Afrika.
Pola transmisi AIDS
Pola | Seksual | Darah | Ibu-Anak | Negara |
I | Homo +++ Hetero + | Penyalahgunaan narkotika suntik | Jarang karena hetero seksual sedikit | Amerika utara, Eropa Barat, Australia, New zealand, Amerika Latin |
II | Hetero +++ | Transfusi jarum suntik | Banyak | Afrika Sub Sahara, Karibia |
III | Insiden rendah hubungan seksual dengan orang asing. Transmisi dengan orang senegara | Komponen darah. Penyalahgunaan narkotika suntik | Sangat jarang karena insidens masih rendah | Eropa Timur, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia dan Fasifik |
Catatan: (+) menyatakan jumlah segala gradual
F. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
1. Program Nasional Pencegahan dan Pemberantasan AIDS
Sesuai dengan imbauan WHO/GPA yang diperkuat oleh keputusan sidang WHA yang ke-40 di Jenewa (Mei 1987), yang menyatakan bahwa setiap Negara anggota perlu melaksanakan Program Nasional Pencegahan dan Pemberantasan AIDS, maka sejak dari situ Indonesia telah ikut serta dalam program ini.
2. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Program Pencegahan dan Pemberantasan AIDS
a) Kebijakan Umum
o Penanggulangan AIDS dilakukan secara terpadu baik lintas sektoral maupun lintas program. Sesuai wewenang serta fungsi unit tersebut dalam kaitannya dengan AIDS.
o Tidak perlu resah bersikaplah terbuka tetapi selalu waspada.
o Menetapkan masalah AIDS pada proforsi yang wajar sebagai masalah kesehatan penyakit biasa.
o AIDS tidak dikhususkan dalam pemberantasannya, tetapi tetap ditangani oleh unit sistem pelayanan kesehatan yang sudah ada.
b) Kebijakan Khusus
o Dalam upaya mendiagnosis AIDS di Indonesia digunakan defenisi menurut kriteria WHO/CDC Atlanta ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.
o Pemeriksaan antibodi terhadap infeksi virus HIV untuk skrining donor darah belum dianggap perlu sampai saat ini.
o Produk darah yang diimpor maupun yang dibuat dalam negeri harus memenuhi persyaratan bebas AIDS.
o Interpretasi terhadap hasil uji laboratorium positif dilakukan dengna hati-hati.
o Kerahasiaan pribadi penderita AIDS harus dipegang teguh.
o Pendidikan kesehatan merupakan upaya terpenting saat ini dalam rangka pencegahan dan pemberantasan AIDS.
3. Strategi pencegahan dan Pemberantasan AIDS
a) Pencegahan Penularan Melalui Hubungan Seksual
Dalam rangka ini dianjurkan tiga hal yang berkaitan dengan perilaku sehat sebagai berikut:
§ Mengadakan hubungan seksual dengan jumlah pasangan yang terbatas. Maka resiko terinfeksi dengan HIV juga berkurang.
§ Memilih pasangan seksual yang mempunyai resiko rendah terhadap infeksi HIV.
§ Mempraktikkan protective sex
b) Pencegahan Penularan Melalui Darah
Penularan melalui darah cukup besar kejadiannya, umumnya terjadi melalui beberapa hal berikut:
§ Transfusi darah
§ Alat suntik dan alat-alat yang lain yang dapat melukai kulit
§ Penularan infeksi HIV melalui alat suntik yang tidak steril dan dipakai bersama
§ Petugas kesehatan yang merawat penderita AIDS mempunyai kemungkinan terpapar oleh cairan tubuh penderita.
c) Pencegahan Penularan dari Ibu-Anak( Perinatal ) Cara pencegahan
Penularan HIV perinatal memerlukan pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat yang luas dan intensif dengan memberitahukan resiko kehamilan atau melahirkan pada ibu yang sero positif HIV.
d) Mengurangi dampak negatif Infeksi HIV
Upaya ini dilakukan terhadap individu, golongan, maupun masyarakat pada umumnya. Kepada mereka perlu diberikan pendidikan/penyuluhan, konseling, atau cara lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi terutama kepada yang HIV positif, baik dengan gejala maupun tidak dan juga dengan pasangan seksual, keluarga, dan lingkungannya.
4. Pengobatan / Treatment
a) Terhadap Etiologi
Meningkatnya pengetahuan tentang etiologi AIDS dan dalam kaitannya dengan pengobatan rupanya tidak menunjukkan hal yang menggembirakan. Beberapa obat telah dicoba antara lain sebagai berikut:
o Zidovudine(Azidothymidine), mempuyai efek mempengaruhi proses replikasi virus,
o Suramin, HPA 23, Ribavirin, terbukti menghambat replikasi virus,
o Foscarnet, masih dalam tahap penelitian.
b) Terhadap Infeksi Sekunder
Pada umumnya penderita AIDS menderita infeksi berat, multipel dan berulang. Respons pengobatan sering kali buruk karena adanya strain yang resisten. Jenis-jenis mikroba yang menimbulkan infeksi sekunder adalah protozoa (Pneumocystis carinii, toxoplasma, dan cryptotosporidium), jamur (kandidiasis), virus (herpes, cytomegalovirus/CMV, papovirus) dan bakteri (Mycobacterium TBC, Mycobacterium ovium intra cellulare, streptococcus, dll). Penanganan terhadap infeksi sekunder ini disesuaikan dengan jenis mikroorganisme penyebabnya, diberikan terus menerus sampai gejala infeksi sekunder menghilang dan tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
c) Mengatasi Status Defisiensi Immun
Sampai saat ini belum ditemukan adanya obat-obatan yang dapat meningkatkan status immun penderita AIDS. Obat yang sampai sekarang masih diuji adalah sebagai berikut:
o Biological respons modiflier,
o Immunomodular agent, misalnya Isoprinosine.
5. Immunisasi/Pemberian Vaksin
Walaupun saat ini kemungkinan pemberian vaksin sedang dikembangkan dan ditujukan untuk mencegah infeksi oleh HIV, tetapi prospek penggunaan dalam waktu yang dekat agak sulit untuk direalisasikan. Adanya variasi yang bermacam-macam pada struktur setiap strain HIV mempersulit keberhasilan kerja vaksin. Keadaan ini disebabkan oleh virus HIV dapat berpindah dari sel ke sel sehingga induksi vaksin oleh sistem immun humoral atau selular tampaknya tidak dapat mencegah infeksi pada sel yang rentan.
Saat ini percobaan terhadap vaksin HIV sedang dilakukan di berbagai negara dan telah ada yang menemukan sebuah vaksin yang dapat mencegah infeksi pada primata selain manusia. Perkembangan pada percobaan vaksin ini tampaknya tidak dapat berjalan dengan cepat dan meskipun berhasil akan membutuhkan waktu paling sedikit 5-10 tahun. Percobaan penggunaan vaksin secara terapeutik pada pasien yang terinfeksi oleh virus HIV sedang diuji keefektifannya pada manusia. Informasi yang lebih banyak mengenai virus ini sangat diperlukan dalam percobaan-percobaan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang bermanfaat.
G. Masalah yang Belum Dapat Diselesaikan
1. Situasi Global
Pada hampir seluruh pelosok dunia, mereka yang terinfeksi baru adalah kaum muda yang berumur antara 15 dan 24 tahun, terkadang lebih muda lagi. Bukan hanya disebabkan mereka secara seksual mulai aktif, tetapi 60% dari semua infeksi baru pada perempuan dimulai sebelum umur 20 tahun. Dengan demikian, tergambar pada kita bahwa periode antara masuknya virus dan penyakit infeksi yang menyertainya datang di awal kehidupan produktif sehingga dalam masa panjang harus berupaya penuh untuk menjaga kesehatannya karena remaja merupakan masa krisis terpapar HIV.
Para ahli memproyeksikan akan ada tambahan baru orang terinfeksi HIV di 126 negara berpenghasilan rendah dan menengah (sekarang disebut sebagai epidemi terkonsentrasi atau generalisasi) antara tahun 2002 dan 2010 bilamana dunia tidak sukses menurunkan angka kesakitan secara drastis dan luas dengan upaya pencegahan global. Lebih dari 40% infeksi itu berlangsung di Asia dan Pasifik.
2. Situasi Regional HIV/AIDS
Kawasan Asia dan Pasifik merupakan wilayah yang cepat berkembang infeksi HIV-nya, hampir 60% dari populasi dunia. Oleh karena itu, meski prevalensi rendah di wilayah ini, akan terus bertambah populasi baru ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan gerbang kematian dekat untuk dicapai melalui AIDS. Kawasan Asia Pasifik pada akhir 2002 diperkirakan 7,2 juta ODHA, peringkat ke-2 setelah Sub Sahara Afrika.
H. Permasalahan AIDS di Indonesia
Masalah penularan AIDS di Indonesia sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius. Hal ini disebabkan beberapa hal berikut :
Ø Sebagian besar (78,3%) yang diserang oleh penyakit ini adalah kelompok usia produktif (usia 15-39 tahun).
Ø Jumlah wanita yang dilaporkan tercemar HIV juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Ø Beban ekonomi yang cukup berat akan ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat (keluarga pasien) karena dana pelayanan kesehatan akan semakin besar terserap untuk membiayai perawatan pasien AIDS.
Ø Dari laporan surveilans sampai akhir 1996 diketahui bahwa penularan HIV sebagian besar melalui hubungan seks.
Casinos Near Casinos near me in Kansas City, MO
BalasHapusThis 충청남도 출장안마 map provides complete and unbiased real-time 충주 출장마사지 driving directions to casinos and other entertainment facilities located near me.Where can I find Casinos 창원 출장샵 Near 광주광역 출장안마 Me?What is the closest casino to me? 순천 출장마사지